“Aku menyayangimu, karena kau Manusia,
Tapi kalau semena-mena pada Manusia,
Aku akan melawanmu, karena aku Manusia”

          Itulah sepenggal kalimat realita dan sangat mempunyai dinamika kehidupan yang harmonis sangat luar biasa. Hidup haruslah diiringi dengan ilmu dan cinta. Sehingga ia dapat menjadi landasan dan pedoman untuk pengembangan sikap dan sifat manusia. Disinilah dasar kehidupan dibentuk, dengan diisi oleh kasih dan sayang dan membentuk kemanusiaan. Dalam kehidupan beragama pun, semua mengajarkan tentang kehidupan. Akur dan damai merupakan dasar semua, agar kehidupan ini dapat berjalan normal. Apa yang terjadi jika nilai-nilai kebaikan itu tidak ada? Bagaimana kehidupan kita? Adakah yang menjamin kedinamisan dalam kehidupan dan hidup rukun terlaksana?
            Iya, itulah beberapa pertanyaan mendasar ketika kebiadaban dan ketidakharmonisan kehidupan menjadi pemicu amarah dalam perjalanannya. Setiap tindakan berujung anarkis, bahkan lebih. Ketika sampai pada titik “tidak manusiawi” dan meruntuhkan hukum-hukum kebaikan pada tatanan hidup tentram oleh “Hukum Rimba”. Disinilah bukti nurani sudah tak terisi lagi oleh “Ilmu dan Cinta”. Dimana keadilan hidup di dunia yang serba sementara ini?
            Kita bercermin dari banyak kehidupan saudara-saudara kita di Dunia ini. Mulai dari pembantaian Gaza, konflik beragama di Indonesia, Thailand dan bahkan yang terjadi di sebahagian negara di Eropa dan Amerika serta Australia. Afrika di bantai bencana akibat keserakahan manusia. Bahkan hingga kini yang kita hadapi bersama, pemberantasan dan pengusiran Ethnic Rohingya, yang dilakukan oleh Sebagian Rakyat dan Pemerintah Myanmar yang “Buta Hati”. Bahkan sekarang santer diberitakan oleh berbagai Bentuk Media baik Lokal, Nasional bahkan Internasional. Sehingga pantaslah kita umpamakan ini sebagai bentuk kejahatan yang sangat tak terkendali, bahkan beberapa Negara Muslim, dan Pembela HAM didunia ini mentasbihkan sebagai bentuk diskriminasi nyata pemerintah terhadap kehidupan rakyatnya. Istilah demi istilah perlawanan hingga membentuk sandi perdamaian telah disampaikan oleh semua pihak dalam membendung semua tindakan ini dalam berbagai aksi nyata menghambat dan menghentikan proses “Genocide” ini.
            Menyikapi hal itulah, Nurani terketuk dan tergerak untuk membantu saudara-saudara Muslim Rohingya, yang telah berbulan-bulan terkatung-katung dilautan lepas dan akhirnya mendarat dibeberapa tempat baru didunia ini. Provinsi Aceh salah satu kawasan persinggahan dari mereka-mereka (Rohingya) untuk mencoba mencari perlindungan, bahkan lebih dari itu, hal ini lebih identik dengan mencari kehidupan baru. Kenapa demikian? Penyebabnya telah semua pihak mengerti akan semua latar belakang bahkan efeknya sesuai dengan persepsi Nurani kita yang terbentuk dengan sendirinya, bantuan beberapa Media bahkan yang paling penting ketika melihat langsung air mata penderitaan mereka di tempat-tempat penampungan. Tak ada air mata bahagia, justru jelas terlihat air mata nestapa dan prahara. Semua hal yang telah direngut tak akan kembali. Hanya berdoa yang kita bisa.
            Tergerak dari itu, adalah hal kecil dan sangat sederhana dalam membantu meringankan beban Para Rohingya yang mencoba “Hidup Kembali”, yang dapat kami lakukan selaku mencoba merasakan apa yang mereka derita. “Di Mata Tuhan, Kita tidak Berbeda”, hal ini yang mengajak Nurani kami yang terbuka oleh fakta yang terjadi untuk mengambil peran dalam mengisi kehidupan baru mereka.
            Badan Pengurus Kota (BPK) Ormas Oi Aceh Barat, dalam wadah Oi Aceh. Berupaya berpartisipasi dengan menggalang bantuan dalam sifat, Sandang, Makanan dan Obat-obatan yang nantinya akan diteruskan dan diberikan kepada para Pengungsi Rohingya. Kegiatan dilakukan di Aceh Barat dan Banda Aceh. Aksi dilakukan dengan menerima beberapa bantuan Sandang, Pangan dan Obat-obatan dari Anggota Keluarga Besar Oi Aceh Barat dan Simpatisan serta semua pihak yang tergerak dengan pengabdian kemanusiaan ini. Kegiatan dilakukan dengan tidak turun kejalan-jalan, melainkan dengan cara menerima diposko yang telah ditentukan di Aceh Barat dan Banda Aceh, dan diterima langsung oleh koordinator Posko yang berwenang, yang di isi oleh peran aktif Anggota dari Keluarga Besar Ormas Oi Aceh Barat. Alhamdulillah, semua yanng telah terkumpul telah tersalurkan dan diterima oleh para Pengungsi Rohingya di Pelabuhan Kuala Langsa. Hal ini, juga terlebih dahulu diterima oleh Partner Oi Aceh Barat yang bertugas di Bireuen, atas koordinator Pak Ridwan. Melalui kerjasama Oi Aceh Barat dengan Pihak tersebutlah, semua Bantuan dalam bentuk Sandang, Pangan dan Obat-obatan dapat sampai ke tujuan dengan maksimal.
            Terima kasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penggalangan Bantuan Kemanusiaan dalam bentuk Pengabdian Kemanusiaan kepada Para Pengungsi Rohingya, sehingga dengan usaha dan do’a kita semua kita harapkan Allah Subhanahu waa Ta’Ala mengabulkan semua harapan kita kepada mereka agar mendapat kehidupan yang layak bagi mereka di Dunia dan Akhirat. Hanya kepada Allah Subhanahu waa Ta’Ala kami mohon, segala kerendahan hati dan Bantuan serta Do’a semua pihak yang telah membantu Kegiatan Kemanusiaan ini, dapat dibalas dengan ganjaran yang setimpal di kehidupan Dunia dan Akhirat...... Aminn Yaa Rabbal ‘Alaminn..
           
(Divisi Informasi dan Komunikasi
Badan Pengurus Kota (BPK) Ormas Oi Aceh Barat)
           

Salam Oi...
          Oi Bersatulah...!
-------------------------------------------------------------------------------
FOTO PREVIEW PEDULI KEMANUSIAAN
(Untuk Rohingya)
-------------------------------------------------------------------------------
















 
Simeulueblogger

BPK Oi Aceh Barat

... pada tanah yang sama kita berdiri, pada air yang sama kita berjanji, karena darah yang sama jangan bertengkar, karena tulang yang sama usah berpencar ...

Tinggalkan Komentar

0 comments: